
Kondisi Mulai Bermukim

Wilayah pemukiman desa yang ada saat ini menurut tetua dan tokoh adat di kampung bukanlah wilayah pertama bagi suku Kenyah Lepo’ Bakung bermukim. Telah terjadi perpindahan jarak dekat di sepanjang aliran sungai metun sebelum akhirnya bertahan dan bermukim di wilayah pemukiman saat ini.
Masyarakat Long Metun
terus bermigrasi di sepanjang aliran sungai metun dengan alasan beberapa factor
antara lain menghindari ancaman dari suku lain, pertanda alam yang secara
kepercayaan berdampak buruk, mendekati wilayah perladangan. Adapun urutan
pemukiman masyarakat kenyah lepo’ bakung dari awal kedatangan di sungai metun
adalah Long Kelasa-Long Seliai-Long Kelihit. Dari Long Kelihit berpindah ke
Sungai Parok (cabang sungai kihan) dan bermigrasi menuju hulu sungai kihan
(Apau Aya’). Dalam rencananya kelompok kenyah bakung yang berada di apau aya’
sungai kihan ini akan bermigrasi pindah ke daerah Kalimantan timur (DAS
Mahakam). Namun terjadi perpecahan dan berpencar karena suku bakung pada saat
ini masih menganut budaya “ngayau”. Saling bunuh terjadi tidak hanya kepada
suku lain namun antar sesama masyarakat suku bakung. Mengingat pada saat ini
jumlah kelompok suku kenyah bakung semakin besar dan terjadi perpecahan di
kampung.
Menurut penutiran tokoh
adat di Sungai Anai di wilayah sungai tege’, cabang sungai kihan di bagian
hilir apau aya’ sungai kihan terjadi kesepakatan perpecahan dimana ada sekitar
800 jiwa anak muda diluar yang sudah berkeluarga membimbing kelompok Keyah
bakung untuk Kembali ke Long Metun dan sebagai lagi ke Long Payau Kec. Kayan
Hulu.
Kelompok yang memutuskan Kembali berpondah ke DAS Long Metun bermukim Kembali di Long Seliai (cabang sungai metun)-pindah ke Long Belatik. Kelompok yang bermukim di Long belatik terpecah dan setengahnya berpindah ke Long Puk (cabang sungai kayan, hilir kampung Data Dian), dimana kelompok ini terus bermigrasi ke DAS Pujungan, sungai Lurah dan saat ini bermukim di desa Long Bang dan Long Aran.
Setengah kelompok yang
tersisa di sungai Belatik dan tidak ikut bermigrasi dengan kelompok yang saat
ini bermukin di Long bang dan Long Aran pindah ke bagian hilir DAS Long Metun
sampai sekarang. Perpecahan Kembali terjadi di wilayah Long Metun karena
politik local, pertanda buruk, dan wilayah perladangan subur kian mengicil. Setengan
kelompok masyarakat yang bermukim di Long Metun bermigrasi ke hulu sungai dan
meninggalkan rumah panjang mereka ke Sungai Anai. Kelompok inilah yang menjadi
cikal-bakal terbentuknya desa Sai Anai. Dimana atas dasar dorongan pemerintah
kecamatan pada tahun 1960-an mereka di berpindah Kembali mendekat ke wilayah
Desa Long Metun tepatnya di seberang kampung Long Metun untuk mendekatkan akses
layanan pendidikan dan Kesehatan.
Dengan dibukanya jalan poros yang menghubungkan antar
kecamatan di apau kayan bahkan dalam perencanaannya akan menjadi jalan
penghubung antar kabupaten dan provinsi. Di dukung oleh sumber daya yang
diperoleh dari dana desa, sejak tahun 2015 pemerintahan desa Long Metun
mendorong pembukaan lahan perkampungan baru. Dimana lokasinya berjarak 2 km
dari pemukiman kampung Long Metun. Hingga saat ini secara berkala pembangunan
rumah oleh masih masing keluraga masih berlangsung bahkan Sebagian talah
menetap di wilayah perkampungan baru Long Metun.